Sejarah Perahu Sarimuna


Asal mula dibuatnya perahu Sarimuna berawal dari permintaan istri Syaikhona Kholil, bernama Nyai Hj. Siti Aminah atau masyarakat juga mengenal dengan nama Nyai Hj. Siti Aminah. Pada saat itu Nyai Hj. Aminah atau Nyai Hj. Siti Aminah ditawari oleh Syaikhona Kholil untuk memilih beberapa hal yang akan dihadiahkan kepadanya. Di antara adalah harta (kenang-kenangan) dan keturunan. Menurut penuturan masyarakat sekitar, Nyai Hj. Aminah atau Nyai Hj. Siti Aminah tidak memilih keturunan sehingga Syaikhona Kholil menghadiahkan sebuah perahu. Setelah itu, Syaikhona Kholil memerintahkan salah santrinya untuk mencarikan orang yang bisa membuat perahu. Akhirnya ditemukanlah Mang Molin yang pada saat itu merupakan satu-satunya membuat perahu yang ada di daerah itu. Sayangnya pada saat itu mang molin sedang dalam keadaan sakit. Sehingga Mang Molin tidak dapat menyanggupi membuatkan perahu yang diminta oleh Syaikhona Kholil. Mengetahui bahwa orang yang dapat membuatkannya perahu sakit. Syaikhona Kholil pergi ke rumah Mang Molin kemudian mengatakan bahwa beliau akan membantu menyembuhkan penyakit Mang Molin asalkan Mang Molin menyanggupi permintaan Syaikhona Kholil untuk dibuatkan sebuah perahu. 

Setelah didatangi Syaikhona Kholil dan dibantu beliau untuk menyembuhkan penyakitnya atas ijin Allah seketika itu Mang Molin sembuh. Keesokan harinya Mang Molin pun berniat memulai untuk melaksanakan tugasnya membuat perahu. Namun ketika Mang Molin tiba di lokasi pembuatan perahu, Mang Molin bingung karena bahan untuk membuat perahu belum ada sehingga Mang Molin berfikir ,melaporkan hal tersebut kepada Syaikhona Kholil. Namun, sesaat setelah itu banyak orang yang berbondong-bondong membawa kayu besar dan bahan-bahan lainnya yang dapat digunakan untuk membuat perahu. Hal ini cukup mengherankan. Namun hal yang tak kalah luar biasanya adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perahu.

Setelah perahu selesai di buat, akhirnya Syaikhona Kholil mengadakan syukuran dengan mengundang 300 orang. 300 orang tersebut kemudian diperintahkan untuk mendorong ke lautan. Kemudian Syaikhona Kholil menggunakan tongkatnya untuk mendorong perahu dan perlahan perahu pun bergerak ke laut.

Nama Sarimuna sendiri menurut penuturan masyarakat setempat, diambil dari nama istri Syaikhona Kholil yakni Nyai Hj. Aminah yang diberikan setelah beliau wafat. Perahu Sarimuna digunakan oleh Syaikhona Kholil untuk berlayar ke sejumlah daerah di Nusantara, diantaranya Pontianak dan Singapura. Menariknya, banyak penuturan masyarakat tentang kejadian-kejadian luar biasa tentang perahu Sarimuna diantaranya seperti ketika berlayar ke Pontianak perahu mesin biasanya membutuhkan waktu sekitar 4 hari 4 malam, tetapi perahu Sarimuna dapat memenuhnya hanya dalam waktu sehari semalam dengan menggunakan layar yang mengandalkan kekuatan angin. Cerita ini merupakan salah satu dari tiga mitos mengenai kejadian yang mistis dan dianggap mempunyai kekuatan magic yang menyelimuti perahu Sarimuna yang berlayar ke tengah laut. Pembuatan Sarimuna hanyalah 40 hari jauh lebih singkat dari waktu yang dibutuhkan untuk membuat perahu pada umunya yang bisa memakan waktu 5 hingga 6 bulan. 

Mitos selanjutnya mengenai kekuatan perahu Sarimuna menurut masyarakat setempat adalah suatu ketika terdapat warga yang mengidap penyakit sangat parah. Warga tersebut tidak kunjung sembuh walaupun sudah berobat akhirnya kerabat dari warga tersebut bermimpi tentang bolekan Sarimuna. Dari mimpi tersebut akhirnya diketahui bahwa warga yang mengidap penyakit parah tersebut pernah mengambil kayu di dalam perahu dan harus mengembalikan kayu ke tempat semula yakni di perahu Sarimuna. Selepas itu tidak lama kemudian warga tersebut sembuh dari penyakitnya.

Adapun kejadian yang menjadi mitos masyarakat sekitar mengenai kejadian yang pernah terjadi membuat masyarakat terheran. Pada saat itu terjadi angin kencang dan air laut yang mulai pasang sehingga rumah warga yang berjarak 10 meter dari laut sudah digenangi air akan tetapi sekitar perahu Sarimuna masih terlihat kering.

Mitos-mitos tersebut menyelimuti kisah di balik Sarimuna yang memang pada dasarnya perahu Sarimuna merupakan peninggalan ulama besar Syaikhona Kholil yang di anggap bertuah. Oleh Karena itu setiap hari kamis sore diadakan pengajian di sekitar perahu Sarimuna.

Saat ini diperkirakan usia perahu Sarimuna sudah mencapai 125 tahun lebih. Perahu Sarimuna diperkirakan dibuat pada sekitar abad 18 dengan ukuran lebih kecil pada saat ini ukurannya mencapai 15 meter dengan lebar 4,65 meter setelah mengalami renovasi pada tahun 1951. 

Selain perahu Sarimuna terdapat pula beberapa peningggalan Syaikhona Kholil yang masih ada diantaranya rumah kediaman Syaikhona Kholil musholla, masjid, dan pondok atau gazebo yang berjarak kurang lebih 200 m dari perahu Sarimuna. Peninggalan Syaikhona Kholil sampai saat ini masih diyakini masyarakat sebagai tempat dan benda bertuah. Keyakinan masyarakat ini diperkuat dengan beberapa kejadian mistis dan dianggap memiliki kekuatan magic yang sering diceritakan oleh masyarakat sekitar. 


Narasumber: 
  • Bapak Ahmad suhdi (Kepala Desa Telaga Biru)
  • Bapak KH. Suraji (juru kunci masjid Al-Mubarok dan perahu Sarimuna)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar